DI BALIK BAJU TOGA

Langit jingga menghiasi kampus Universitas Negeri Semarang yang sedang ramai menghelat acara wisuda. Semua mahasiswa berhamburan keluar dari auditorium Universitas Negeri Semarang. Di sayap kanan auditorium, terlihat sekelompok wisudawan yang sedang duduk melingkar. Mereka adalah wisudawan-wisudawan terbaik Prodi Pendidikan Bahasa Arab. Ridlo adalah wisudawan terbaik Fakultas Bahasa dan Seni sekaligus aktivis kampus. Dia bersama teman-teman seperjuangannya, Nurul, Aesyi, Ulfa, Faizun, Zaen, dll sedang membahas rencana ke depan setelah lulus dari UNNES. Mereka juga bernostalgia, mengenang masa-masa saat mereka masih bersama menempuh studi di Prodi Pendidikan Bahasa Arab. Memori mereka berjalan mundur membayangkan bagaimana mereka dulu dipertemukan di prodi PBA, bagaimana mereka menjalani hari-hari bersama, dan bagaimana mereka dengan latar belakang daerah, adat, bahasa, dan sekolah yang berbeda mampu menyamakan tujuan, berjalan beriringan, saling berbagi, dan melangkah maju meraih mimpi.

Empat tahun yang lalu. Gedung B4 yang menjulang tinggi menjadi saksi bisu, tempat para mahasiswa belajar bahasa asing. Saat mentari mulai meninggi, Ridlo beranjak dari kos menuju kampus konservasi. Setibanya di kampus, pandangan matanya tertuju pada pamflet yang terpajang di mading HIMA BSA. Pamflet open recruitmen fungsionaris HIMA BSA tak jemu dipandangnya. Dalam benaknya, ia membayangkan jika nanti ia akan menjadi bagian dari fungsionaris HIMA. Lamunannya pun seketika buyar saat  Nurul menyapa dan mengajaknya masuk kelas. Sebelum masuk kelas, Ridlo memotret pamflet tersebut. Ketika Nurul dan Ridlo akan mengayunkan kaki menuju lantai dua, datang segerombolan mahasiswa modis yang masih asyik ngobrol sambil makan jajan. Nurul yang masih polos langsung merasa tertarik dengan gaya berpakaian mahasiswa modis tersebut. Tak henti-hentinya Nurul mengamati pakaian mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ridlo pun meninggalkan gadis-gadis ini dan langsung menuju lantai dua. Sementara Nurul masih asyik mewawancarai gadis-gadis modis tersebut.

Satu semester telah berlalu, di semester satu semua mahasiswa fokus untuk belajar, khususnya tentang keterampilan berbahasa. Sedangkan di semester dua ini beberapa mahasiswa mulai aktif mengikuti organisasi kampus. Ridlo adalah salah satu mahasiswa yang aktif di organisasi kampus, yakni HIMA BSA. Di semester satu, Ridlo termasuk mahasiswa dengan nilai akademik yang luar biasa, cumlaude. Setelah dia memutuskan untuk ikut HIMA, dia mulai dihadapkan pada sebuah permasalahan. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama anak-anak HIMA daripada berdiskusi di bawah pohon mangga sebagaimana saat masih semester satu. Rapat HIMA menjadi rutinitas yang hampir tak pernah ia lewatkan, meski terkadang rapatnya sampai pukul 01.00 dini hari. Dan hal ini pun berimbas pada nilai akademiknya yang semakin hari, semakin menurun.

Berbeda dengan Ridho, ada seorang mahasiswi yang aktif kuliah dan tidak pernah menghabiskan waktuya selain untuk membaca, mengerjakan tugas, dan berdiskusi, dia adalah Aesyi. Sejak semester satu sampai sekarang, dia masih fokus untuk belajar. Karena menurutnya, belajar adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh dilalaikan dan tidak boleh diduakan. Dia selalu mengingat nasehat orang tuanya untuk rajin belajar agar bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Bersama teman-teman satu angkatannya, Aesyi selalu menghabiskan akhir pekan untuk belajar dan berdiskusi di bawah pohon mangga.

Nurul, sahabat dekat Ridlo, kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan dan shopping bersama geng modis PBA. Dia juga jarang ikut kumpul bersama teman-temannya untuk belajar kelompok. Beberapa tugas kuliahnya sering kali dia lalaikan, dan saat deadline sudah di depan mata, dia baru sibuk mencari contekan.

Waktu pun terus berjalan. Kedinamisan hidup tak pernah dapat ditolak oleh siapapun. Hari ini adalah hari pertama Ujian Akhir Semester, para mahasiswa sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UTS. Saat di kelas, Aesyi tampak tenang dan seakan sudah siap untuk menjawab soal-soal UTS. Beberapa teman-temannya yang lain ada yang tampak gelisah, ada pula yang sibuk bersenda gurau dengan temannya. Beberapa menit kemudian, dosen penguji masuk ruangan dan UTS pun dimulai.

Yudisium adalah waktu yang ditunggu-tunggu dan menjadi saat-saat yang mendebarkan bagi mayoritas mahasiswa. Ada yang tidak sabar melihat nilai mereka muncul, dan optimis bahwa mereka mampu mengambil 24 SKS semester depan. Ada yang tak acuh dengan yudisium, mereka merasa bahwa nilai hanyalah sebatas coretan di atas kertas dan masih abstrak. Kelompok kedua ini lebih memfokuskan diri pada aksi nyata ketimbang berkutat dengan konsep dan teori-teori yang penuh dengan perdebatan. Sedangkan dalam pandangan umum, yudisium menjadi salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Aesyi, mahasiswi yang sangat cerdas ini mempersembahnya nilai yang cumlaude untuk orang tua, teman, dan dosen. Ridho mendapat nilai yang standar-standar saja, malah bisa dikatakan nilainya menurun drastis meski masih dalam zona aman. Nurul dan geng modisnya tampak sedih dan memperlihatkan wajah-wajah yang penuh penyesalan.

Akhir pekan sebelum liburan semester, Ridlo mengumpulkan teman-teman satu angkatannya di bawah pohon manga. Pertemuan kali ini mengkritisi perjalan mereka selama dua semester. Mereka mengapresiasi Aesyi yang memperoleh nilai IPK 3,97, sebuah pencapaian yang mendekati sempurna. Ridho pun akhirnya tersadar bahwa langkah yang dia pilih selama ini kurang tepat dan dia bertekad untuk memperbaiki diri di semester depan. Begitu halnya dengan Nurul dan geng modisnya, mereka merasakan penyesalan yang teramat dalam atas sikap mereka selama ini yang melalaikan tugas utama mereka, belajar.

Ridho kini mulai menata diri dan memanaje waktu. Dia tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai fungsionaris HIMA dan tetap rajin belajar, karena belajar adalah kewajiban yang utama. Nurul dan geng modisnya juga mulai mengurangi dan sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan buruk mereka. Hingga akhirnya, beberapa semester mereka lalui dengan pencapaian yang mengesankan.dan mereka pun dapat lulus dengan menyandang predikat yang membanggakan.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s